Dalam suatu rapat dengar saran di antara Komisi VIII DRI RI dengan Kementerian Agama, Wakil Menteri KH. Zainut Tauhid Saadi mengedepankan kalau semua bagian bangsa setuju kalau radikalisme dengan memanfaatkan kekerasan serta pemaksaan kehendak mesti dihapus dari bumi Indonesia lantaran hal semacam itu tak sama dengan kepribadian bangsa yang toleransi, majemuk serta inklusif.
Penumpasan radikalisme berubah menjadi program pemerintah, terpenting di periode ke dua pemerintahan Joko Widodo 2019-2024.
Dalam rencana memberantas radikalisme itu, instansi pendidikan, terutama pesantren punyai andil subtansial dalam mendukung program itu. Pesantren jadi instansi pendidikan paling tua di Indonesia semestinya punyai pengalaman privat dalam menancapkan semangat nasionalisme terhadap generasi muda. Bisa dibuktikan, pesantren serta santri punyai andi besar dalam proses Bangsa Indonesai mencapai kemerdekaan.
Ada dua vs saran perihal riwayat serta latar berdirinya pesantren di Indonesia, ialah :
Pertama. Pesantren berakar pada kebiasaan Islam sendiri, ialah tarekat. Pesantren miliki jalinan yang erat dengan tempat pendidikan yang unik untuk para sufi. Saran ini berdasar pada kenyataan kalau penyiaran Islam di Indonesia awal mulanya semakin banyak diketahui berbentuk aktivitas tarekat. Perihal ini disinyalir oleh terbentuknya grup organisasi tarekat yang mengerjakan amalan-amalan zikir serta wirid spesifik. Pemimpin tarekat yang dikatakan Kiai itu memandang perlu pengikutnya buat mengerjakan suluk, saat empat puluh hari dalam sebuah tahun lewat cara tinggal berbarengan, sama-sama anggota tarekat dalam suatu masjid buat mengerjakan ibadah-ibadah dibawah arahan Kiai.
Buat kebutuhan suluk ini banyak Kiai menyiapkan area privat buat penginapan serta beberapa tempat privat yang ada di kiri kanan masjid.
Di samping membimbing amalan-amalan tarekat, banyak pemeluk itu pun di ajarkan agama dalam pelbagai cabang ilmu dan pengetahuan agama Islam. Kesibukan yang dilaksanakan oleh pengikut-pengikut tarekat ini setelah itu disebut pengajian. Dalam kemajuan setelah itu instansi pengajian ini tumbuh serta berkembang berubah menjadi instansi Pesantren.
Ke dua. Ada juga yang berasumsi, Pesantren yang kita tahu kini pada awalannya sebagai pengambilalihan dari metode pesantren yang diselenggarakan beberapa orang Hindu di Nusantara. Ringkasan ini berdasar pada kenyataan kalau jauh sebelum datangnya Islam ke Indonesia, instansi pesantren udah berada pada negeri ini. Pendirian pesantren pada waktu itu bertujuan jadi tempat membimbing agama Hindu serta tempat membina kader. Pikiran lain mengakui kalau pesantren bukan datang dari kebiasaan Islam pertimbangannya yaitu tak ditemukannya instansi pesantren di sekian banyak negara Islam yang lain, sesaat instansi yang mirip dengan pesantren banyak diketemukan dalam penduduk Hindu serta Budha, seperti di India, Myanmar serta Thailand.
Pesantren di Indonesia baru didapati kehadiran serta perubahannya seusai zaman ke 16. Pesantren-pesantren besar yang membimbing pelbagai kitab Islam classic dalam sektor fikih, teologi serta tasawuf. Pesantren ini setelah itu berubah menjadi pusat-pusat penyiaran Islam seperti ; Syamsu Huda di Jembrana (Bali) , Tebu Ireng di Jombang, Al Kariyah di Banten, Tengku Haji Hasan di Aceh, Tanjung Singgayang di Medan, Nahdatul Watan di Lombok, Asadiyah di Wajo (Sulawesi) serta Syekh Muhamad Arsyad Al-Banjar di Matapawa (Kalimantan Selatan) serta banyak yang lain.
Simak Juga : pancasila sebagai ideologi terbuka
Defenisi Radikal
Sebelum membicarakan lebih jauh terkait penumpasan radikalisme, silakan kita lihat arti radikal tersebut biar tak keliru pada ambil ringkasan, sikap serta perbuatan.
Makna radikal punyai arti yang cukup beraneka. Dapat dimaknai jadi prinsipil, fundamental, fundamental, reformis serta terbuka. Serta bisa juga dimengerti jadi berlebihan, militan, parsial serta sikap yang keras dalam mengusahakan suatu. Isme yang dilekatkan pada makna radikal lebih berpedoman dalam suatu mengerti yang berlebihan serta berlebih-lebihan hingga melewati batas.
Arti radikal punyai arti dua arah, ialah positif juga sekaligus negatif. Arti positif dari radikal kebanyakan berpedoman dalam suatu pandangan keterbukaan serta sikap moderat dalam mendalami semuanya, sikap ini dapat berlangsung serta dilaksanakan dalam skema wawasan pada apakah saja, lantaran dia sebuah sisi pandang.
Arti positif dari radikal berubah menjadi condong pada perubahan, merangkum suatu jawaban dari problem-problem yang dijumpai hingga pada akar-akarnya. Grup radikal yang positif ini lebih mendahulukan sikap jalan tengah juga cari titik bertemu di antara dua perihal yang menganggapnya kerap terbalik. Jadi contoh urutan di antara agama serta politik, sekular serta konservatif, atau kekinian serta tradisionil. Mereka yakin kalau tiap-tiap dua perihal yang tidak sama tidak mesti mesti dipertentangkan.
Dan radikal dalam skema negatif menuju pada satu wawasan terkait sikap serta pandangan yang keras dalam mengusahakan idenya. Pemahamannya menuju pada pergerakan politik yang membuat agama jadi basis ideologis. Mereka tak ingin terima saran, usul dan memaksa idenya terhadap orang lain. Buat menempatkan kepercayaannya itu, mereka memanfaatkan kekerasan, kejahatan serta intimidasi.
Andil Pesantren
Sejumlah orang merasa pesantren yaitu tempat yang subur dalam menancapkan mengerti radikalisme lantaran pesantren yaitu salah satu tempat yang paling persis dengan tinjauan keislaman dengan cara ketat.
Pandangan ini memberikan wawasan yang begitu sempit terkait nilai-nilai Islam yang berkembang di Nusantara.
Pesantren yaitu tempat membuat kader ulama bermutu yang bisa mengusahakan agama, bangsa serta masyarakatnya. Di pesantren, banyak santri dididik dengan tinjauan keagamaan yang demikian luas, bukan hanya terkait fikih serta syariah, namun juga nasionalisme, loyalitas serta akhlak mulia.
Jadi, apabila di pesantren ada kader ulama, calon pemimpin penduduk, jadi pesantren punyai manfaat yang penting dalam menancapkan nilai-nilai Islam yang damai serta sejuk. Islam udah diketahui dengan cara luas begitu bercirikan inklusif, ialah satu sikap keagamaan yang terbuka serta moderat. Prinsipnya yaitu satu senantiasa ambil jalan tengah pada semua permasalahan yang tengah dijumpai.
Artikel Terkait : macam sumber hukum
Menghambat radikalisme harusnya berubah menjadi perhatian khusus di pesantren. Ini sebagai pekerjaan yang wajib dilakukan oleh banyak santri, ialah berikan pelurusan pada wawasan bakal histori. Jadi di pesantren, harusnya di ajarkan wawasan yang komplet terkait Islam yang kaffah, juga sekaligus melawan beberapa orang dengan wawasan tidak benar terkait ajaran agamanya.
Kita semuanya udah setuju kalau Indonesia yaitu negara Negara Kesatuan Republik Indonesia berasaskan Pancasila. Jadi pesantrenlah sebagai garda depan untuk pengamanan nilai-nilai keislaman yang mendahulukan nasionalisme, udah selayaknya punyai manfaat yang lebih penting dalam menghambat radikalisme agama. Apabila ada sejumlah wawasan keagamaan ini tidak benar serta menuju terhadap radikalisme, jadi pesantrenlah yang bisa meluruskan.
Andil pesantren begitu ditunggu-tunggu penduduk dalam usaha mencegahan perbuatan radikalisme juga sekaligus berubah menjadi cermin Islam yang damai, santun anugerah untuk semesta alam.
Disamping itu, pesantren malahan lebih dekat sama penduduk dibanding dengan pendidikan resmi, lantaran pesantren lebih mendahulukan kultur atau budaya. Itu mempunyai arti kalau pesantren malahan tambah dapat berhubungan dengan cara langsung dengan penduduk dalam soal mensosialisasikan Islam yang terbuka serta senantiasa hati-hati pada bahaya radikalisme ini.
Pesantren meningkatkan tinjauan keislamaan yang demikian kaya serta senantiasa menancapkan sikap yang inklusif dalam mendalami Islam. Apabila dalam wawasan fiqih saja banyak ulama banyak tidak sama saran, jadi dengan sikap inklusif berikut ini Islam bisa menjadi contoh agama yang bisa terima argumentasi tiada mempertentangkan kedua-duanya apabila punyai basic yang kuat sesuai sama syariah.
Tidak ada ada yang lebih indah dalam kehidupan penduduk yang majemuk ini, tidak cuman kita semuanya bisa mengaku serta menjunjung ketaksamaan. Hak-hak keluarkan saran semestinya dilindungi, betapapun berbedanya orang lain atau grup lain dengan kita, tak ada argumen apa pun yang bisa menjustifikasi atau menudingnya.
Lewat andil pesantren, Islam bisa didatangkan jadi agama yang cinta damai, menjunjung ketaksamaan, serta letakkan ketaksamaan jadi anugerah dari Tuhan yang Maha Esa. Dengan mengamalkan Islam yang kaffah, jadi keselarasan hidup bermasyarakat bakal tercinpta serta Bangsa Indonesia bisa jadi bangsa yang adil makmur, baldatun thayibatun wa rabbun ghafur (negeri yang diberkahi serta memperoleh ampunan dan ridha Allah subhanahu wa ta’ala) .
Saran Buat Penguasa
Dalam Undang-undang Terorisme, arti terorisme yaitu aksi yang memanfaatkan kekerasan atau ultimatum yang menyebabkan kondisi intimidasi atau rasa takut dengan cara meluas, yang bisa menyebabkan korban yang punya sifat massal, serta atau menyebabkan kehancuran atau kerusakan pada obyek-obyek krusial yang strategis, lingkungan hidup, layanan publik atau layanan internasional dengan motif ideologi, politik, atau problem keamanan.
Apabila ditilik dari arti di atas, menurut saran penulis, yang paling pantas dikatakan teroris yaitu mereka yang melaksanakan perbuatan pembakaran rumah, toko serta gedung-gedung pemerintah, membunuh, serta menyingkirkan pada pendatang seperti yang berlangsung di Wamena, Jayapura serta daerah-daerah lain di Papua. Perbuatan itu dikomandoi oleh pergerakan Papua Merdeka (OPM) .
Bahkan juga benar-benar mereka mau dirikan negara sendiri, ganti mengganti ideologi Pancasila serta UUD 1945.
Namun, malahan yang kita lihat di penduduk, mereka yang dikira radikal yaitu faksi oposisi, yg suka menilai pemerintah. Stigma radikal itu sekarang ini menuju terhadap masjid, ustadz, serta isi ceramah-ceramahnya. Walaupun sebenarnya mereka cuma mau tuntut pemerintah buat menegakkan keadilan tiada pandang derajat, serta pangkat serta aliansi seorang.
Contoh fakta yaitu Ustad Abdul Shomad yang dikelompokkan jadi ustadz radikal. Sejumlah skedul dakwahnya di Jawa tidak diterima, aparat tak banyak berbuat. Di Bali, dia dipersekusi, hingga sekarang ini tak ada keputusan di pengadilan, bagaimana ketentuannya. Bahkan juga dalam sesuatu kampus populer di Yogyakarta, dakwahnya digagalkan oleh faksi universitas dengan argumen tak sama dengan kepribadian mereka. Benar-benar tragis.
Jadi kami menghimbau terhadap pemerintah, aparat penegak hukum buat menegakkan hukum dengan seadil-adilnya. Ingatkanlah, kekuasaan di dunia cuma tidak lama saja, diakhirat kita bakal diperintah pertanggungjawabannya. Nabi Muhammad Saw bersabda, akan tidak mencium baunya surga, seseorang pemimpin yang menipu rakyatnya, tak menegakkan keadilan, lakukan perbuatan nakal serta mendzalimi rakyatnya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
أَيُّمَا رَاعٍ غَشَّ رَعِيَّتَهُ فَهُوَ فِي النَّارِ
“Siapapun pemimpin yang menipu rakyatnya, jadi tempatnya di neraka. ” (HR. Ahmad) .
Wahai banyak pemimpin bangsa, tegakkan keadilan terhadap banyak orang, jangan tebang pilih dalam menegakkannya. Bangsa Indonesia bakal damai dan aman apabila keadilah ditegakkan terhadap banyak orang. Dekatlah kalian terhadap banyak ulama biar terus-menerus memperoleh saran.
Ustadz Haikal Hassan memberikan, mengambil pengucapan ulama : Seburuk-buruk penguasa yaitu yang jauh dari ulama serta seburuk-buruk ulama yaitu yang dekati pintu kekuasaan.
Penumpasan radikalisme berubah menjadi program pemerintah, terpenting di periode ke dua pemerintahan Joko Widodo 2019-2024.
Dalam rencana memberantas radikalisme itu, instansi pendidikan, terutama pesantren punyai andil subtansial dalam mendukung program itu. Pesantren jadi instansi pendidikan paling tua di Indonesia semestinya punyai pengalaman privat dalam menancapkan semangat nasionalisme terhadap generasi muda. Bisa dibuktikan, pesantren serta santri punyai andi besar dalam proses Bangsa Indonesai mencapai kemerdekaan.
Ada dua vs saran perihal riwayat serta latar berdirinya pesantren di Indonesia, ialah :
Pertama. Pesantren berakar pada kebiasaan Islam sendiri, ialah tarekat. Pesantren miliki jalinan yang erat dengan tempat pendidikan yang unik untuk para sufi. Saran ini berdasar pada kenyataan kalau penyiaran Islam di Indonesia awal mulanya semakin banyak diketahui berbentuk aktivitas tarekat. Perihal ini disinyalir oleh terbentuknya grup organisasi tarekat yang mengerjakan amalan-amalan zikir serta wirid spesifik. Pemimpin tarekat yang dikatakan Kiai itu memandang perlu pengikutnya buat mengerjakan suluk, saat empat puluh hari dalam sebuah tahun lewat cara tinggal berbarengan, sama-sama anggota tarekat dalam suatu masjid buat mengerjakan ibadah-ibadah dibawah arahan Kiai.
Buat kebutuhan suluk ini banyak Kiai menyiapkan area privat buat penginapan serta beberapa tempat privat yang ada di kiri kanan masjid.
Di samping membimbing amalan-amalan tarekat, banyak pemeluk itu pun di ajarkan agama dalam pelbagai cabang ilmu dan pengetahuan agama Islam. Kesibukan yang dilaksanakan oleh pengikut-pengikut tarekat ini setelah itu disebut pengajian. Dalam kemajuan setelah itu instansi pengajian ini tumbuh serta berkembang berubah menjadi instansi Pesantren.
Ke dua. Ada juga yang berasumsi, Pesantren yang kita tahu kini pada awalannya sebagai pengambilalihan dari metode pesantren yang diselenggarakan beberapa orang Hindu di Nusantara. Ringkasan ini berdasar pada kenyataan kalau jauh sebelum datangnya Islam ke Indonesia, instansi pesantren udah berada pada negeri ini. Pendirian pesantren pada waktu itu bertujuan jadi tempat membimbing agama Hindu serta tempat membina kader. Pikiran lain mengakui kalau pesantren bukan datang dari kebiasaan Islam pertimbangannya yaitu tak ditemukannya instansi pesantren di sekian banyak negara Islam yang lain, sesaat instansi yang mirip dengan pesantren banyak diketemukan dalam penduduk Hindu serta Budha, seperti di India, Myanmar serta Thailand.
Pesantren di Indonesia baru didapati kehadiran serta perubahannya seusai zaman ke 16. Pesantren-pesantren besar yang membimbing pelbagai kitab Islam classic dalam sektor fikih, teologi serta tasawuf. Pesantren ini setelah itu berubah menjadi pusat-pusat penyiaran Islam seperti ; Syamsu Huda di Jembrana (Bali) , Tebu Ireng di Jombang, Al Kariyah di Banten, Tengku Haji Hasan di Aceh, Tanjung Singgayang di Medan, Nahdatul Watan di Lombok, Asadiyah di Wajo (Sulawesi) serta Syekh Muhamad Arsyad Al-Banjar di Matapawa (Kalimantan Selatan) serta banyak yang lain.
Simak Juga : pancasila sebagai ideologi terbuka
Defenisi Radikal
Sebelum membicarakan lebih jauh terkait penumpasan radikalisme, silakan kita lihat arti radikal tersebut biar tak keliru pada ambil ringkasan, sikap serta perbuatan.
Makna radikal punyai arti yang cukup beraneka. Dapat dimaknai jadi prinsipil, fundamental, fundamental, reformis serta terbuka. Serta bisa juga dimengerti jadi berlebihan, militan, parsial serta sikap yang keras dalam mengusahakan suatu. Isme yang dilekatkan pada makna radikal lebih berpedoman dalam suatu mengerti yang berlebihan serta berlebih-lebihan hingga melewati batas.
Arti radikal punyai arti dua arah, ialah positif juga sekaligus negatif. Arti positif dari radikal kebanyakan berpedoman dalam suatu pandangan keterbukaan serta sikap moderat dalam mendalami semuanya, sikap ini dapat berlangsung serta dilaksanakan dalam skema wawasan pada apakah saja, lantaran dia sebuah sisi pandang.
Arti positif dari radikal berubah menjadi condong pada perubahan, merangkum suatu jawaban dari problem-problem yang dijumpai hingga pada akar-akarnya. Grup radikal yang positif ini lebih mendahulukan sikap jalan tengah juga cari titik bertemu di antara dua perihal yang menganggapnya kerap terbalik. Jadi contoh urutan di antara agama serta politik, sekular serta konservatif, atau kekinian serta tradisionil. Mereka yakin kalau tiap-tiap dua perihal yang tidak sama tidak mesti mesti dipertentangkan.
Dan radikal dalam skema negatif menuju pada satu wawasan terkait sikap serta pandangan yang keras dalam mengusahakan idenya. Pemahamannya menuju pada pergerakan politik yang membuat agama jadi basis ideologis. Mereka tak ingin terima saran, usul dan memaksa idenya terhadap orang lain. Buat menempatkan kepercayaannya itu, mereka memanfaatkan kekerasan, kejahatan serta intimidasi.
Andil Pesantren
Sejumlah orang merasa pesantren yaitu tempat yang subur dalam menancapkan mengerti radikalisme lantaran pesantren yaitu salah satu tempat yang paling persis dengan tinjauan keislaman dengan cara ketat.
Pandangan ini memberikan wawasan yang begitu sempit terkait nilai-nilai Islam yang berkembang di Nusantara.
Pesantren yaitu tempat membuat kader ulama bermutu yang bisa mengusahakan agama, bangsa serta masyarakatnya. Di pesantren, banyak santri dididik dengan tinjauan keagamaan yang demikian luas, bukan hanya terkait fikih serta syariah, namun juga nasionalisme, loyalitas serta akhlak mulia.
Jadi, apabila di pesantren ada kader ulama, calon pemimpin penduduk, jadi pesantren punyai manfaat yang penting dalam menancapkan nilai-nilai Islam yang damai serta sejuk. Islam udah diketahui dengan cara luas begitu bercirikan inklusif, ialah satu sikap keagamaan yang terbuka serta moderat. Prinsipnya yaitu satu senantiasa ambil jalan tengah pada semua permasalahan yang tengah dijumpai.
Artikel Terkait : macam sumber hukum
Menghambat radikalisme harusnya berubah menjadi perhatian khusus di pesantren. Ini sebagai pekerjaan yang wajib dilakukan oleh banyak santri, ialah berikan pelurusan pada wawasan bakal histori. Jadi di pesantren, harusnya di ajarkan wawasan yang komplet terkait Islam yang kaffah, juga sekaligus melawan beberapa orang dengan wawasan tidak benar terkait ajaran agamanya.
Kita semuanya udah setuju kalau Indonesia yaitu negara Negara Kesatuan Republik Indonesia berasaskan Pancasila. Jadi pesantrenlah sebagai garda depan untuk pengamanan nilai-nilai keislaman yang mendahulukan nasionalisme, udah selayaknya punyai manfaat yang lebih penting dalam menghambat radikalisme agama. Apabila ada sejumlah wawasan keagamaan ini tidak benar serta menuju terhadap radikalisme, jadi pesantrenlah yang bisa meluruskan.
Andil pesantren begitu ditunggu-tunggu penduduk dalam usaha mencegahan perbuatan radikalisme juga sekaligus berubah menjadi cermin Islam yang damai, santun anugerah untuk semesta alam.
Disamping itu, pesantren malahan lebih dekat sama penduduk dibanding dengan pendidikan resmi, lantaran pesantren lebih mendahulukan kultur atau budaya. Itu mempunyai arti kalau pesantren malahan tambah dapat berhubungan dengan cara langsung dengan penduduk dalam soal mensosialisasikan Islam yang terbuka serta senantiasa hati-hati pada bahaya radikalisme ini.
Pesantren meningkatkan tinjauan keislamaan yang demikian kaya serta senantiasa menancapkan sikap yang inklusif dalam mendalami Islam. Apabila dalam wawasan fiqih saja banyak ulama banyak tidak sama saran, jadi dengan sikap inklusif berikut ini Islam bisa menjadi contoh agama yang bisa terima argumentasi tiada mempertentangkan kedua-duanya apabila punyai basic yang kuat sesuai sama syariah.
Tidak ada ada yang lebih indah dalam kehidupan penduduk yang majemuk ini, tidak cuman kita semuanya bisa mengaku serta menjunjung ketaksamaan. Hak-hak keluarkan saran semestinya dilindungi, betapapun berbedanya orang lain atau grup lain dengan kita, tak ada argumen apa pun yang bisa menjustifikasi atau menudingnya.
Lewat andil pesantren, Islam bisa didatangkan jadi agama yang cinta damai, menjunjung ketaksamaan, serta letakkan ketaksamaan jadi anugerah dari Tuhan yang Maha Esa. Dengan mengamalkan Islam yang kaffah, jadi keselarasan hidup bermasyarakat bakal tercinpta serta Bangsa Indonesia bisa jadi bangsa yang adil makmur, baldatun thayibatun wa rabbun ghafur (negeri yang diberkahi serta memperoleh ampunan dan ridha Allah subhanahu wa ta’ala) .
Saran Buat Penguasa
Dalam Undang-undang Terorisme, arti terorisme yaitu aksi yang memanfaatkan kekerasan atau ultimatum yang menyebabkan kondisi intimidasi atau rasa takut dengan cara meluas, yang bisa menyebabkan korban yang punya sifat massal, serta atau menyebabkan kehancuran atau kerusakan pada obyek-obyek krusial yang strategis, lingkungan hidup, layanan publik atau layanan internasional dengan motif ideologi, politik, atau problem keamanan.
Apabila ditilik dari arti di atas, menurut saran penulis, yang paling pantas dikatakan teroris yaitu mereka yang melaksanakan perbuatan pembakaran rumah, toko serta gedung-gedung pemerintah, membunuh, serta menyingkirkan pada pendatang seperti yang berlangsung di Wamena, Jayapura serta daerah-daerah lain di Papua. Perbuatan itu dikomandoi oleh pergerakan Papua Merdeka (OPM) .
Bahkan juga benar-benar mereka mau dirikan negara sendiri, ganti mengganti ideologi Pancasila serta UUD 1945.
Namun, malahan yang kita lihat di penduduk, mereka yang dikira radikal yaitu faksi oposisi, yg suka menilai pemerintah. Stigma radikal itu sekarang ini menuju terhadap masjid, ustadz, serta isi ceramah-ceramahnya. Walaupun sebenarnya mereka cuma mau tuntut pemerintah buat menegakkan keadilan tiada pandang derajat, serta pangkat serta aliansi seorang.
Contoh fakta yaitu Ustad Abdul Shomad yang dikelompokkan jadi ustadz radikal. Sejumlah skedul dakwahnya di Jawa tidak diterima, aparat tak banyak berbuat. Di Bali, dia dipersekusi, hingga sekarang ini tak ada keputusan di pengadilan, bagaimana ketentuannya. Bahkan juga dalam sesuatu kampus populer di Yogyakarta, dakwahnya digagalkan oleh faksi universitas dengan argumen tak sama dengan kepribadian mereka. Benar-benar tragis.
Jadi kami menghimbau terhadap pemerintah, aparat penegak hukum buat menegakkan hukum dengan seadil-adilnya. Ingatkanlah, kekuasaan di dunia cuma tidak lama saja, diakhirat kita bakal diperintah pertanggungjawabannya. Nabi Muhammad Saw bersabda, akan tidak mencium baunya surga, seseorang pemimpin yang menipu rakyatnya, tak menegakkan keadilan, lakukan perbuatan nakal serta mendzalimi rakyatnya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
أَيُّمَا رَاعٍ غَشَّ رَعِيَّتَهُ فَهُوَ فِي النَّارِ
“Siapapun pemimpin yang menipu rakyatnya, jadi tempatnya di neraka. ” (HR. Ahmad) .
Wahai banyak pemimpin bangsa, tegakkan keadilan terhadap banyak orang, jangan tebang pilih dalam menegakkannya. Bangsa Indonesia bakal damai dan aman apabila keadilah ditegakkan terhadap banyak orang. Dekatlah kalian terhadap banyak ulama biar terus-menerus memperoleh saran.
Ustadz Haikal Hassan memberikan, mengambil pengucapan ulama : Seburuk-buruk penguasa yaitu yang jauh dari ulama serta seburuk-buruk ulama yaitu yang dekati pintu kekuasaan.
Comments
Post a Comment